Blogroll

Pages

Tuesday, September 23, 2014

SINAR MATAHARI…

…menyinari Kota Lembang hari itu, tepat pada pukul 06.13 hari Minggu, bulan Desember 1998, seorang bayi kecil terlahir ke dunia ini, dengan keadaan bersih dari dosa. adzan yang dikumandangkan ke telinganya menandakan bahwa bayi kecil itu beragama Islam.
            Namanya Muhammad Akbar Ramdhani. Ya dilihat dari namanya , ia memang lahir pada bulan ramadhan. Sejak kecil, Akbar sudah ditinggal jauh oleh ayahnya yang bekerja di Jakarta, sedangkan Akbar sendiri tinggal di Lembang, Bandung. Ayahnya pulang seminggu sekali ke Lembang, Akbar kecil juga sering menangis ketika ditinggal pergi oleh ayahnya.
            Beberapa tahun berlalu, Akbar sekeluarga pindah ke Jakarta Barat , lebih tepatnya daerah Kembang Kerep. Akbar yang waktu itu hanya berbekal bahasa Sunda saja, memulai hidup barunya di Jakarta sebagai pelajar TK (Taman kanak-kanak) di Jakarta barat, pada tahun 2004. Akbar kecil juga pernah mengikuti lomba MTQ tingkat Jakarta Barat. Alhamdulillah, ia mendapatkan juara pertama, dan pada bulan selanjutnya juga ia berhasil menjadi juara pertama kejuaraan MTQ se-Jakarta.

            Kemudian, Akbar memulai kehidupan sekolah dasarnya di SDN percontohan 02.Kembangan, Jakata Barat. Di sana ia bersekolah hanya sampai tiga tahun saja. Yang kemudian di lanjutkannya pendidikan di SDIT Al-Ashar, Tanggerang. Dikarenakan rumahnya yang pindah menuju Cipondoh,Tanggerang, tahun 2008.
            Lulus dari sekolah dasar pada tahun 2011, Akbar memutuskan untuk masuk ke SMPN 03 Tanggerang. Tetapi Allah SWT berkata lain, sehari sebelum Akbar mendaftar ulang ke SMPN 03 Tanggerang, orang tuanya berubah pikiran, mereka memutuskan untuk menyekolahkan Akbar kecil di pondok pesantren modern, di Bandung Selatan.
            Kehidupan pesantren itu memang sulit sekali, beberapa minggu pertama, Akbar yang waktu itu baru memulai jalan hidup barunya, merasakan homesick, kangen akan rumah,orang tua, dan segala kenyamanan hidup di rumah. Tetapi semua berubah ketika teman satu angkatannya mulai hidup kompak, mulai berbaur bersama teman-teman.
            Hari demi hari ia lewati dengan penuh keikhlasan serta kesabaran.namun Akbar merasa bosan, karena ia pikir, kehidupan asrama itu sangatlah monoton, hanya sekedar begitu-begitu saja. Maka pada suatu hari, Akbar memutuskan untuk mengikuti jalan sesat teman-temannya yang nakal. Suatu malam, ia kabur menggunakan jalan belakang asramanya untuk memanjat tembok yang membatasi dunia pesantren dan dunia luar, belakangan, Akbar menyadari perbuatannya salah, Akbar tau akan hal itu, tapi apa boleh buat, ia lelah menjalani aktifitas sehari-harinya tanpa hiburan, ia ingin sesuatu yang bebeda, sesuatu yang menegangkan, makannya ia kabur bersama teman-temannya, lalu malam-malam pergi kemana? Jawabannya .. WARNET, ia bermain game online untuk mencari hiburan semata, bersama teman-temannya. Walaupun itu dapat membahayakan nama baiknya, Akbar tetap bermain sampai adzan subuh.
Akbar mendapatkan angkatan 23 di sekolah lamanya, Akbar mulai mengenal arti sahabat, bahkan ia menggangap saudara bagi semua teman-temannya. Baginya sahabat itu tidak di dapatkan dari pertemanan sehari ataupun dua hari, namun dari kebersamaan bertahun-tahun.
Saat liburan tahun baru 2014 orang tuanya memperkenalkan MAN insan cendikia, ia masih ragu-ragu saat ditanya, apakah setuju atau tidak, awalnya ia kurang yakin, namun atas dorongan keluarga, Akbar yakin masa depannya akan lebih cemerlang di sana, maka ia pun menyetujuinya
            Hari demi hari telah ia lewati bersama, UN sudah semakin dekat namun teman-temannya tidak mengiraukan hal tersebut, mereka tetap saja kabur, yang belajar pun bisa dihitung dengan jari, hal tersebut terus berlangsung hingga UN datang, alhasil pada hari-H , masih banyak yang pusing, bahkan menyontek saat UN.
            Setelah UN, anak-anak di perbolehkan untuk pulang selama 3 hari, nah.. pada saat ia pulang itulah orang tuanya menanyakan lagi tentang MAN IC, bahwasannya ia telah lulus seleksi berkas beberapa bulan lalu, dan akan di lanjutkan seleksi tulis pada hari Sabtu, Akbar dan orang tuanya pun berangkat ke Bandung, untuk mengikuti seleksi tulis di MAN 1 Bandung, tepatnya di Cijerah. Disana, ia melihat banyak “pejuang” yang memperebutkan kursi pendidikan di MAN insan cendekia.
            Saat sedang di pondok, akbar menerima telpon dari orang tuanya, tepatnya saat malam hari menjelang UAS. Senang,sedih,bahagia bercampur tidak percaya seakan tercampur aduk dalam hati. Senang karena di terima di IC, sedih karena akan menginggalkan teman-teman di pondok, dan tidak percaya akan berita kelulusan ini. Seketika Akbar lari ke masjid dan sujud syukur di sana, Akbar sangat bahagia. Teman-temannya pun datang mengucapkan kata selamat. Esok harinya, orangtua Akbar menjemputnya, semua teman-temannya mengucapkan selamat tinggal di depan masjid, di sanalah tangis ia tumpahkan, seakan Akbar akan menginggalkan semuanya untuk selamanya, walau ada kesempatan untuk bertemu lagi, itu adalah hal yang sulit untuk di lakukan.

            Berminggu-minggu Akbar menunggu hari itu, hari dimana ia akan bertemu sekolah baru, teman baru, guru baru dan lingkungan yang baru. Ia mungkin tidak terlalu pandai dalam bergaul,  tapi ,Akbar akan tetap berusaha untuk menjadi orang yang pandai bergaul, pantang menyerah dan akan menjadi yang terbaik, AMINN…