Blogroll

Pages

Monday, October 19, 2015

PKI dan G 30 S PKI


Gerakan 30 September PKI atau biasa disingkat G 30 S PKI merupakan suatu gerakan yang dilancarkan oleh PKI pada tanggal 1 Oktober 1965 dimana persiapannya pada malam tanggal 30 September 1965. Gerakan ini bisa disebut G-30S/PKI, Gestapu (Gerakan September Tiga Puluh), Gestok (Gerakan Satu Oktober).  Gerakan ini dilancarkan dalam rangka menculik dan membunuh para perwira tinggi angkatan darat (TNI-AD) yang dianggap merupakan musuh utama yang akan menghambat tujuan dari PKI. Sasaran yang menjadi korban adalah Letnan Jendral Ahmad Yani (Menteri/Panglima AD), Mayor Jendral haryono (Deputy Khusus) dibunuh di rumah kediaman kemudian dibawa ke Lubang Buaya. Lettu Piere Andreas Tendean (Ajudan menko Hankam KASAB Jenderal A.H. Nasution), Mayor Jenderal Suprapto (Deputy Pembinaan), Mayor Jenderal S. Parman (Asisten I), brigjen D.I. Panjaitan ( Asisten IV), Brigjen Sutoyo Siswomiharjo ( Inspektur Kehakiman), diculik dan dibawa ke Lubang Buaya, disiksa dan dibunuh, dimasukkan sumur kering. Gerakan ini dikomandoi oleh D.N. Aidit yang mencoba menyatukan para buruh dan tani dalam suatu konsep Demokrasi Rakyat. D.N Aidit menginginkan suatu perubahan besar seperti yang dilakukan oleh komunis Uni Soviet dan komunis China.

Ketika kita mencoba menganalisis apa sebenarnya yang terjadi dengan sejarah bangsa ini maka akan ditemukan banyak keganjalan. Bermunculannya beberapa versi cerita sejarah menjadikan sejarah yang selama ini dimasukkan dalam kurikulum pendidikan perlu dipertimbangkan lagi. Berdasar fakta-fakta serta sumber-sumber yang ada maka telah ditemukan beberapa keganjalan mengenai G 30 S PKI ini. Serba ada banyak kemungkinan dalam mempelajari sejarah peristiwa kotor ini. Untuk itulah sangat penting untuk diluruskan peristiwa sejarah yang obyektif dan jauh dari kata subyektifitas. Masih banyaknya versi-versi yang muncul dilapangan menunjukkan bahwa fakta sejarah yang ada belum sepenuhnya lurus atau bahkan telah diputarbalikkan.

Berdasarkan beberapa sumber G 30 S PKI merupakan suatu pengkambinghitaman terhadap PKI. PKI dijadikan kambing hitam oleh golongan tertentu dalam mencapai tujuannya. Golongan yang dimaksudkan ialah mantan presiden ke-2 Indonesia yaitu almarhum Soeharto beserta pendukungnya. Beliau sangat lihai dan cerdas dalam menjalankan taktiknya menumbangkan rezim Soekarno yang pada waktu itu merupakan presiden RI yang dianggap berhaluan Komunis. Jika kita analisis secara lebih cermat ketika gerakan ini menyasarkan pada enam perwira tinggi militer Angkatan Darat ternyata tidak ada nama Soeharto. Tidak hanya itu pasca tragedi mengenaskan tanggal 1 Oktober 1965 dilakukan penumpasan terhadap PKI yang dianggap sudah melewati batas kemanusiaan, Soeharto dipilih muncul sebagai muka baru yang naik jabatan dalam tangga kekuasaan militer. Pada waktu itu memang Soeharto belum begitu kelihatan pamornya terutama dimata Soekarno selaku pemimpin tertinggi negara. Soeharto ternyata memiliki ambisi untuk bisa lebih dari apa yang dimilikinya saat itu.

Soeharto mulai mendapat simpatisan ketika dibawah komandonya berhasil menemukan mayat para Dewan Jendral yang telah di bunuh di Lubang Buaya, Jakarta. Sejak saat itu pamor Soeharto semakin lama semakin tenar di tanah air ini. Kemudian Soeharto meminta ijin kepada Soekarno agar PKI yang telah mencoba mengkudeta kekuasaan Soekarno ditumpas sampai seakar-akarnya. Di dukung keadaan sosial ekonomi yang sangat memburuk pada saat itu maka dengan lebih mudah untuk menyebarluaskan doktrin bahwa PKI merupakan partai terlarang dan harus ditumpas habis. Banyak pendapat bahwa kenapa dengan mudahnya Soeharto berhasil menumpas PKI sekan-akan dia tahu seluk-beluk PKI.

Ada beberapa pendapat bahwa Gerwani ( Gerakan Wanita) yang pada saat pagi tanggal 1 Oktober 1965 turut menyiksa para perwira secara sadis bahkan beberapa sumber menyebutkan para gerwani tersebut memperkosa salah satu perwira namun setelah hasil medis selesai ternyata tidak ditemukan luka penyiksaan seperti yang diberitakan oleh media yang disetujui oleh Soeharto. Dalam hal ini ada suatu hiper yang dilakukan oleh pembuat drama sehingga memunculkan doktrin bahwa PKI itu benar-benar kejam dan harus ditumpas secepatnya. Berbagai tindakan PKI selalu dinilai sangat kejam dan tidak bermanusiawi.

Melihat fenomena tersebut memunculkan pertanyaan apakah hal tersebut benar-benar fakta sesungguhnya.  Karena dari pihak Soekarno sendiri sebenarnya tidak meyakini bahwa PKI berani melakukan hal sedemikian rupa dan  mempercayai kalau hal itu hanya akal-akalan Soeharto saja untuk mencapai tujuannya yaitu menjadi orang nomor satu di Indonesia. Sebenarnya ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa doktrin tersebut sengaja dilakukan agar tidak ada komunis di Indonesia. Karena selama ini Soekarno tetap bersitkukuh  agar Indonesia biasa berhaluan Komunis seperti Uni Soviet dan China. Hal tersebut sangat bertentangan dengan prinsip para Dewan Jendral ketika masih hidup. Hal tersebut ternyata bisa dimanfaatkan oleh Soeharto untuk melancarkan strateginya. PKI dituduh ingin mengkudeta presiden padahal alas an yang logis ialah bahwa yang ingin mengkudeta presiden ialah para Dewan Jendral tersebut karena Soekarno terus pro-komunis.

Sejarah kembali menuliskan tinta kebimbangan dan keraguan ketika Supersemar muncul. Supersemar ialah Surat Perintah Sebelas Maret dari presiden Soekarno yang diamanatkan kepada Soeharto. Namun sejarah ini sampai sekarang masih menjadi polemic yang terus diperdebatkan. Ada sumber yang menyatakan bahwa surat tersebut memang dari Soekarno yang diamanatkan kepada Soeharto atas keadaan genting saat itu yaitu menumpas PKI serta segala yang kiranya perlu segera ditangani. Hal seperti ini bisa disebut versi Soeharto. Namun ada sumber yang lain dimana Letjen Soeharto, Brigjen Amir Machmud dan Brigjen M Yusuf untuk menemui presiden dan memaksa presiden agar segeramemenuhi tuntutan rakyat. Tritura harus dipenuhi jika presiden ingin mengembalikan situasi negara ke arah yang kondusif. Soekarno menolak memenuhi tuntutan rakyat. Soekarno tahu bahwa ini semua hanya kerjaan Soeharto yang memfitnah PKI sebagai pemberontak. Soekarno tahu betul, tidak mungkin PKI berkeinginan untuk menggulingkannya namun Soekarno tidak memiliki bukti yang otentik atas pernyataannya tersebut. Soekarno tahu bahwa aksi yang dilakukan oleh PKI dengan nama G 30 S PKI hanya bertujuan untuk menumpas rencana kudeta militer yang akan dilakukan oleh sekelompok perwira tinggi yang menamakan dirinya Dewan Jendral. Akhirnya karena gagal Soeharto mencari jalan lain yaitu lewat Supersemar. Jadi ketiga perwira tadi secara paksa meminta kepada Soekarno untuk menandatangani surat perintah. Itu artinya bahwa telah terjadi penyerahan tugas kepada Soeharto dari Soekarno.  Namun justru hal tersebut telah direncanakan oleh Soeharto sebagai  alat legitimasi politik dan menjadikannya presiden RI yang ke-2 melengserkan Soekarno secara formal dimata rakyat Indonesia namun tidak formal dimata hukum.

Sampai sekarang Supersemar masih terus diperdebatkan. Hal tersebut tidak lain karena dokumen asli belum bisa diketemukan karena kemungkinan besar telah ditiadakan Soeharto agar tidak ditemukan jejaknya. Ketika Soeharto telah lengser 1998, muncul dari seorang kakek tua bahwa dia pernah bekerja sebagai pengantar minum di Istana Negara dan pada waktu itu ia melihat ketiga perwira yaitu Letjen Soeharto, Brigjen Amir Machmud dan Brigjen M Yusuf menodong Soekarno dengan pistol agar mau menandatangani surat perintah yang dialamatkan atas nama Soeharto. Hal itu menambah bukti bahwa sejarah bangsa ini sudah terlanjur diputarbalikkan. Ketika Orde Baru kita ketahui bahwa presiden dan militer menjadi satu padu dan tidak ada tandingannya. Pancasila dan militer menjadi alat legitimasi politik Soeharto. Sedikit sekali seseorang berani secara terang-terangan untuk menentang pendapat atau kebijakan Soeharto. Jika hal tersebut dilanggar maka secara langsung atau tidak langsung bersangkutan dengan antek-antek Soeharto. Memang pada jaman Soeharto stabilitas politik cenderung teratur hal tersebut tidak terlepas tindakan Soeharto sendiri untuk mengamankan kedudukannya sebagai orang nomor satu di tanah air.



KESIMPULAN :

Sekali lagi kita dihadapkan pada suatu kebenaran sejarah yang perlu dipertanyakan. Sudah berpuluh-puluh tahun sejarah yang berkembang dimasyarakat telah menjadi doktrin yang sulit untuk dirubah tidak terkecuali Gerakan 30 September 1965 (G 30 S PKI) serta Supersemar ( Surat Perintah Sebelas Maret). Dua peristiwa yang berangkaian tersebut hendaknya membuka lebar-lebar pengetahuan dan hati nurani kita bahwa masih perlu dikoreksi akan kevalidan sejarah bangsa ini. Lewat NASAKOM  yang di Indonesia dijembatani PKI menjadi salah satu basis Soekarno dalam menunjukkan dimata dunia bahwa Indonesia mampu menahan laju pengaruh Amerika Serikat. Namun ternyata para perwira tinggi terutama TNI Angkata Darat tidak menyukai Soekarno dan berusaha melengserkannya dengan cara membentuk Dewan Jendral. Namun mulai dari sinilah cerita sejarah yang mulai dibelokkan terjadi. PKI dianggap lah yang justru akan mengkudeta Soekarno padahal yang akan melakukan kudeta ialah Dewan Jendral. PKI dijadikan kambing  hitam yang harus ditumpas akibat telah membunuh para Dewan Jendral tersebut. Akibatnya Soeharto muncul sebagai pahlawan baru yang nantinya akan mengukirkan sejarah baru di tanah air ini. Soeharto berhasil melengserkan Soekarno lewat Supersemar yang sangat dipertanyakan keabsahannya. Tetapi kita tidak bisa selalu menilai seseorang dari sisi negatifnya karena setiap orang memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing.